Lama juga ya saya ga mampir buat mengisi blog
ini, maklum emak-emak pengangguran banyak acara hahaha. Sebenarnya banyak draft
artikel tentang parenting yang nangkring di google doc, tapi seperti biasa:
menulis itu gampang yang capek mengeditnya. Hatsyim. Kali ini mau sharing ah
tentang parenting emak-emak Voc yang katanya lagi rame di timeline. Ga VOC
banget sih, tentang menyuruh anak mengerjakan pekerjaan rumah. Menurut
emak-emak nih ya, boleh ga sih kita menyuruh anak-anak mengerjakan pekerjaan
rumah?
Baca ini juga ya Mak: https://retizen.republika.co.id/posts/488710/anak-anak-baduy-dan-invasi-gadget
Eksploitasi Anak?
Pernah ga mak merasa bersalah saat meminta
anak membantu menyapu atau mencuci piring? Atau justru khawatir itu akan
mengganggu waktu belajarnya? Karena saya pernah baca twit seorang anak gen Z
yang dia bilang kenapa anak-anak Chindo banyak yang sukses di akademik, karena
kalau pulang sekolah ga disuruh nyuci piring, menyapu dan mengepel, mereka
punya waktu belajar lebih banyak, gitu katanya. Laah, ga tahu aja mereka,
teman-teman Chindo yang saya punya malah jaga toko kalau ga sekolah. Temen saya
itu bukan temennya dia. Yuuk Mak, kita bahas dari sisi tradisi dan dari sisi
teori bisa ga sih menyuruh anak mengerjakan pekerjaan rumah meningkatkan
kecerdasan mereka?
Sebagai orang tua, kita tentu ingin memberikan
pendidikan terbaik untuk anak. Tapi sering kali kita satu hal yang sering kita
lupa anak-anak belajar itu ga cuma di bangku sekolah. Mereka belajar di banyak
tempat. Semua tempat adalah sekolah harusnya kan gitu ya. Apalagi setelah mengikuti mata kuliah Pendidikan Holistik dan Integratif saya menyadari bahwa belajar untuk anak itu harusnya komprehensif. Bedakan antara
melatih kecerdasan kognitif dengan eksploitasi anak. Jika emak-emak menyuruh
anak bawa mangkuk turus menurunkan mereka di perempatan untuk nyari duit, nah
itu eksploitasi Mak. Sini berantem aja kita kalau ada emak yang kayak gitu!
Mengerjakan Pekerjaan Rumah Tangga Melatih
Otak Anak
Saya sendiri agak kaget sih waktu menemukan
fakta bahwa tugas-tugas sederhana di rumah ternyata mampu merangsang
berbagai bagian penting dalam otak anak, terutama bagian yang berkaitan
dengan fungsi eksekutif—yakni kemampuan mengatur diri, fokus, membuat
keputusan, dan menyelesaikan masalah. Dan ini berkaitan dengan kecerdasan
kognitif lo Mak, Pak. Jangan salah.
Menurut penelitian dari Whitebread &
Basilio (2012), kegiatan rutin seperti membantu memasak atau membersihkan
mainan dapat membantu anak mengembangkan kontrol diri dan kemampuan berpikir
jangka panjang. Anak belajar merencanakan apa yang harus dilakukan dulu,
bagaimana melakukannya, dan menyelesaikan sampai tuntas—semua ini adalah
latihan alami fungsi kognitif. Kita sebagai orang tua seringnya memahami bahwa
kecerdasan kognitif bisa dilatih dengan drilling soal padahal mengerjakan
pekerjaan rumah itu salah satu stimulus untuk kecerdasan kognitif lo.
Kognitif Anak Terasah Lewat Aktivitas Nyata
Dalam bukunya The Anthropology of Childhood
(2015), David F. Lancy menulis bahwa di banyak budaya, anak-anak belajar
keterampilan hidup bukan dari duduk di meja belajar, tapi dari mengamati dan
ikut serta dalam aktivitas orang dewasa, termasuk pekerjaan rumah.
Anak-anak yang terbiasa ikut “terlibat” dalam rutinitas rumah tangga lebih
cepat belajar mandiri dan mampu berpikir sistematis.
Bahkan, studinya Margaret Rossmann (2002)
menunjukkan bahwa anak-anak yang sejak usia dini (usia 3–4 tahun) sudah diberi
tanggung jawab kecil di rumah, memiliki peluang lebih besar untuk sukses di
sekolah dan dunia kerja kelak. Bukan karena mereka jenius dari lahir, tapi
karena mereka terbiasa berpikir, mengatur waktu, dan bertanggung jawab.
Ini Bukan Eksploitasi, Tapi Pendidikan
Karakter
Tentu saja yang dimaksud bukan “mempekerjakan”
anak secara berlebihan. Tapi lebih kepada melibatkan anak dalam aktivitas
rumah secara natural dan penuh penghargaan. Misalnya:
- Anak usia
3–5 tahun bisa diajak membereskan mainan atau membantu memilih sayur.
- Anak usia
6–8 tahun mulai belajar menyapu, mencuci piring plastik, atau menata meja
makan.
- Anak usia 9
tahun ke atas bisa membantu mencuci baju atau memasak makanan sederhana.
Yang penting, aktivitas ini dilakukan
bersama, dengan rasa percaya dan tanpa paksaan. Kita bisa bilang, “Kak,
bantu Mama pilih sayur yuk, kita jadi tim hebat hari ini!”
Ada penjelasan ilmiahnya ga sih?
Ada banyak lo Mak. Ini beberapa yang saya
temuin sih. Ini Beberapa jurnal dan buku yang mendukung. Oia saya kebetulan
tertarik banget dengan kognitif via cara yang ga biasa begini. Jadi beberapa
bulan terakhir ngubek-ngubek jurnal cari referensi yang pas.
- Wray-Lake,
L., et al. (2016) – Anak
yang terbiasa bertanggung jawab di rumah menunjukkan peningkatan prestasi
akademik dan kontrol diri. (Developmental Psychology)
- Gaskins, S.
(2000) – Anak-anak
di komunitas tradisional belajar melalui keterlibatan aktif dalam
pekerjaan rumah tangga orang dewasa. Penelitian Gaskin ini dilakukan di
suku Maya di Mexico. Beliau meneliti daily activities anak-anak
suku Maya. Dan saya yakin, masyarakat tradisional kita seperti suku Dayak,
Baduy dll membesarkan anak-anak mereka dengan cara yang mirip.
- Vygotsky
(1978) – Anak
belajar paling baik dalam konteks sosial yang bermakna, termasuk melalui
aktivitas bersama di rumah. Teori Vygotsky ini salah satu teori
perkembangan anak yang saya pakai sampai sekarang.
- Cahill et al. (2020) – Aktivitas sehari-hari seperti pekerjaan rumah membantu membangun ketahanan mental dan rasa tanggung jawab. (Australian Journal of Education)
Biarkan anak-anak terlibat di rumah
Pekerjaan rumah bukan penghalang kecerdasan
anak. Sebaliknya, itu adalah laboratorium kecil tempat anak belajar menjadi
manusia yang cerdas, bertanggung jawab, dan mandiri.
Jadi, yuk mulai hari ini, libatkan si kecil
dalam rutinitas rumah. Bukan karena kita malas, tapi karena kita tahu—di balik
sapu dan sabun cuci, ada pelajaran hidup yang tidak bisa digantikan oleh buku
manapun.
mampir ya ke artikel saya di Retizen republika
https://retizen.republika.co.id/posts/150232/mencatat-tumbuh-kembang-anak-di-blog
https://retizen.republika.co.id/posts/513419/pola-asuh-dan-konsumsi-protein-masyarakat-yogyakarta
anak saya biasanya baru saya suruh beresin mainannya sendiri sih, tapi pernah saya baca harusnya sudah bisa membereskan tempat tidurnya sendiri
BalasHapus