Perjalanan Ke Baduy, Intervensi Teknologi Dan Dinamika Keluarga Indonesia




Jarang-jarang dalam hidup saya bisa menikmati suara alam tanpa embel-embel suara handphone atau suara kendaraan. Bahkan suara hujan saja beneran terasa ‘murni’. Itulah suara hujan yang saya dengar saat di Baduy. Malam gelap tanpa listrik dan tanpa sinyal handphone. Tidak ada suara televisi yang menyala dan dibiarkan menonton penghuni rumah yang tertidur, ga ada. hahaha. Benaran gelap dan sepi. Suara air sungai di belakang rumah menjadi nyanyian suanyi malam itu. Baduy benar-benar memberi makna tentang ‘pulang kampung’ untuk saya. 



Perjalanan saya dan teman-teman pasca IKA IPB ke Baduy Luar sebenarnya bagian dari penelitian lapangan untuk mata kuliah Dinamika Keluarga dan Individu-keluarga dan Masyarakat. Pengampunya adalah prof. Euis Sunarti, satu-satunya profesor Ilmu Keluarga yang dimiliki Indonesia. Tugasnya sebenarnya sederhana: mengambil pelajaran tentang keluarga dan memaknai lebih dalam tentang keluarga dari perspektif masyarakat Baduy. 





Perjalanan dimulai dari kampus IPB Dramaga lalu naik kereta start di Stasiun Bogor. Setelah transit di Manggarai dan Tanah abang kami sampai di stasiun Rangkas Bitung Banten. Dari Rangkas Bitung lanjut dengan bis elf ke Ciboleger pintu masuk ke kampung Baduy luar. Tujuan kami adalah kampung Baduy luar, Mahejo. Dengan jarak sekitar 2,5 km ditempuh dengan perjalanan kurang dari 2 jam jalan kaki. YAPs, hanya dengan jalan kaki. karena tidak ada akses lain kecuali jalan setapak berbatu dengan kontur mendaki bukit menuruni lembah dan melompati parit dari mata air pegunungan. Lelahnya, masya Allah tabarakallah, jangan ditanya kakaa. Geter lutut. Hahaha. Ya Allah, setengah oleng saya. Sampai berkunang-kunang pandangan mata. Dan sampai juga di kampung Mahejo, Baduy Luar. Salah satu kampung Baduy luar. Dan jika teman-teman tertarik ke Baduy dalam teman-teman silakan lanjut jalan kaki sejauh 14 km ke dalam hutan. Saya nyerah…

Sedikit Tentang Baduy



Suku Kanekes yang dikenal dengan masyarakat Baduy sendiri terdiri atas dua kelompok: Baduy dalam dan Baduy luar. Dimana Baduy dalam masih sangat memegang tradisi, sedangkan Baduy luar lebih terbuka terhadap budaya luar. Meskipun mereka masih memegang banyak tradisi dari leluhurnya. kebetulan perjalanan saya dan kawan-kawan ke Baduy merupakan penelitian sederhana untuk beberapa mata kuliah. Sehingga ada beberapa observasi lapangan dan wawancara mendalam ke masyarakat. 

Modernitas tanpa panduaan dan batasan adalah pedang yang menghancurkan



Masyarakat Baduy luar menerima teknologi berupa handphone. tetapi mereka menolak teknologi lain di kampung mereka seperti: listrik, toilet, berbagai teknologi rumah tangga. saya masih bertanya-tanya kenapa mereka menolak teknologi lain yang lebih urgent tetapi menerima gadget dengan tangan terbuka. Karena buat saya handphone sendiri penggunaannya sangat terbatas untuk anak-anak di rumah kami. Serta dengan aturan yang ketat dan parental control penuh. sedangkan di sana mereka memberikan handphone dengan bebas ke anak-anaknya. Bahkan anak-anak tersebut bebas mengakses internet termasuk games online dan sosial media seperti tiktok, youtube dan instagram. 

Teknologi tanpa panduan bisa berbahaya



Beberapa orang tua yang kami ajak ngobrol mengakui beberapa anak mereka sudah tidak menyukai lagi menenun dan turun ke ladang karena lebih memilih untuk ke desa di luar Baduy agar bisa mengakses internet dan bermain hape. Dan mereka tetap menolak sekolah karena dianggap pamali tetapi tidak menolak handphone. Miris sebenarnya dengan penggunaan teknologi tanpa kontrol seperti ini. Pada masyarakat modern saja handphone dan internet di dalamnya membawa banyak dinamika sosial yang sangat signifikan. Bahkan dengan pengetahuan para orang tua yang paham tentang penggunaan internet saja tetap memberikan banyak masalah baru dalam pengasuhan. Apalagi pada anak yang orang tuanya tidak mengenal sama sekali panduan penggunaan gadget plus internet ini. 

Perjalanan saya ke Baduy ini membawa banyak pemaknaan mendalam tentang invansi teknologi pada keluarga. Sepertinya sudah saatnya kita membuat panduan ketat tentang penggunaan teknologi digital dalam rumah kita. 



1 komentar

  1. Dwi Hastuti19/11/24

    MasyaAllah sangat inspiring Mbak Didy,,,, ibu 6 anak yang terus gemar belajar.... Sukses ya

    BalasHapus

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.