Beberapa bulan ini saya resmi menjadi warga PJKA alias Pulang Jum’at Kembali Ahad, Jogja-Bogor. Karena kuliah semester ini bisa dibilang masih banyak offline-nya daripada online-nya. jangan ditanya gimana capeknya. Masya Allah tabarakallah, demi Tholabul ‘Ilmi. Demi Idraka syai bihaqiqotihi. Meskipun demikian, banyak pengalaman luar biasa yang saya dapat beberapa bulan terakhir ini. Bukan hanya dari kuliah di kampus tetapi selama di perjalanan naik bis Jogja-Bogor itu.
Kebetulan kalau saya ngelaju Jogja-Bogor itu suami selalu mengusahakan saya naik bis yang nyaman. Minimal double decker-nya Agramas. Kursinya empuk dan lapang terutama di bagian kaki. Dapat bantal, selimut, snack dan satu kali makan di rumah makan. Alhamdulillah. Selama di perjalanan biasanya saya memilih tidur, belum pernah sih buka laptop. Ga tahu lagi kalau besok-besok, semoga janganlah. Meskipun tugas kuliah dan kerjaan banyak saya usahakan kalau di perjalanan untuk istirahat meskipun agak susah. pasang bantal di bagian pinggang dan sumpel telinga pakai airpod-nya pinjamanan dari Osama. Tetapi kadang-kadang saya ga pakai earphone atau headset sih. Berusaha untuk menikmati suara di sekitar. dan di sinilah saya belajar banyak hal. Dari percakapan para penumpang bus.
pertengkaran pasangan suami istri via telepon
Ini kisah yang agak konyol sih menurutku. awalnya si suami menelpon istrinya mengabari kalau dirinya sudah di bis. kebetulan Jogja ada gempa malam itu dan si suami ini menyakan kabar si istri. suara istrinya sih ga kedengaran tapi suara si suami menggema di bis. awalnya sih chit-chat biasa ala pertanyaan bapak-bapak ke orang rumah gitu. Lama-kelamaan kok agak 'panas' ya perbincangan. Sepertinya si istrinya menuduh suami selingkuh, gitulah kira-kira. dan si suami membantah dan terjadilah keributan via telepon itu. Tadinya di bis suaranya agak rame tetapi karena keributan itu bis langsung hening. hahaha. Semua kepo sepertinya.
Edisi bapak-bapak kampang yang tidak sedikitpun membantu istrinya mengurus anak
Jadi suatu hari saya balik dari Bogor ke Jogja. Bareng dengan pasangan suami istri yang memiliki tiga anak yang masih kecil-kecil. Dari awal naik bus si istri ini sibuk mengurus anak-anaknya termasuk mengurus bawaan mereka. Sedangkan si bapak ini lenggang kangkung masuk bis tanpa peduli dengan istri dan anak-anaknya. udah gitu anak bungsunya rewel banget sepanjang perjalanan. Kebetulan pasangan ini duduk di kursi tepat di depan saya. Tetapi saya yakin sih yang terganggu dengan kerewelan si anak ini ga cuma saya tetapi seluruh penumpang. Karena ini perjalanan malam hari. Dan semua pasti butuh istriahat. yang bikin sebal si bapak ini tidak ada andil untuk turut membantu mengurus anak-anaknya. di sibuk sendiri dengan gadgetnya. Kampang banget kan. bahkan seorang bapak yang duduk di kursi depan mereka itu sampai berdiri. Smacam memberi kode kalau beliau sangat terganggu. Tetapi si bapak kampang ini tetap saja cuek bebek. Pancen telo.
Telepon antara Om dan ‘keponakan'
Jadi suatu hari saya balik ke Bogor bersamaan dengan rombongan bapak-bapak. Seperti biasa di awal para bapak ini menelpon orang rumah. menelpon istri dan anak-anaknya. Tak lama ada satu bapak yang masih menelpon. Yang lain udah selesai semua nih laporan ke orang rumah. tetapi satu orang ini menelpon kembali. tetapi ternyata bukan orang rumah. hehehe. karena di akhir perbincangan terdengar
“ Udah dulu ya, nanti saya telepon lagi” “ Baik Om, beneran lo nanti telepon lagi. Hati-hati ya om”.
yang kemudian disahuti oleh bapak-bapak yang lain. Respon saya langsung, HEH. Apaan itu tadi? ini si om menelpon keponakan gitu. Hadeh. Dan sebalnya, teman-temannya sepertinya sudah pada tahu nih dengan kelakuan kawannya. Ya Allah, semoga kita dijauhkan dari circle seperti ini ya.
Begitulah sebagian kisah perjalanan saya selama menuntut ilmu beberapa bulan ini.
Tidak ada komentar
Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.