sayang si bujang satunya ga kepoto -__- |
Sejujurnya membaca berita di media
Indonesia akhir-akhir ini membuat istighfar panjang. Ya Allah Hasbunallaahu
Wani’mal Wakiil. Banyak kasus kejahatan dan kriminalitas yang melibatkan
anak. Baik sebagai korban maupun pelaku kejahatan. Bahkan kejahatan yang
dilakukan oleh anak-anak ini lebih sadis bahkan tak terbayangkan dilakukan oleh
orang dewasa normal. Astaghfirullah. Sebagai orang tua panjang sekali doa saya
saat ini selepas salat. Mendoakan anak-anak agar terlindungi dan dijauhkan dari
kejahatan dan marabahaya.
Orang Tua Dan Kewajiban Yang Ada Di Pundak Mereka
Sebenarnya jika ada perilaku
menyimpang pada anak, yang pertama dicek adalah orang tua dan keluarganya. Karena
keluarga itu fundamentalis dimana karakter anak itu dibentuk. Cuma masalahnya
kebanyakan orang tua sendiri bermasalah. Ya Allah. Sebagai orang tua saya sendiri
mengakui bahwa mengasuh dan membesarkan anak-anak itu ga ada sekolahnya. Kebanyakan kita menjadi orang tua hanya karena kebetulan kita dikaruniai anak saja. Just it not more.
Bisa-bisanya pekerjaan seberat itu
diberikan kepada entitas yang dia ga punya ilmunya. Tetapi karena berkeluarga
itu adalah bagian dari ibadah dan penjaga keberlangsungan umat manusia. Kita yang
harus membekali diri kita sebelum jadi ayah, sebelum jadi ibu. Ayo para
orangtua, Belajar!
Who is considered a parent?
Any person – biological, not related,
legally or non-legally in the role of caring for and raising a child. Iyes,
orangtua adalah setiap orang yang membesarkan dan merawat seorang anak baik dia
mempunyai keterikatan darah ataupun tidak baik diikat secara hukum ataupun
tidak mereka disebut sebagai orang tua.
What is the role of a parent
Sebelum anak-anak ini lahir orang tua
mempunyai kewajiban untuk menjamin hak-hak anak. Apa aja sih kewajiban kita
sebagai orang tua terhadap anak-anak kita. Kalau menurut buku The Processing of
Parenting by Jane Brooks berikut sedikit panduannya ya
Menyediakan lingkungan positif yang memungkinkan anak untuk melakukan sesuatu untuk berkembang dan tumbuh. Ini diantaranya adalah dukungan fisik, dukungan emosional, dukungan psikologis dan jaminan atas perlindungan.
Mengasuh
Anak
Praktik
pengasuhan anak ini sebenarnya berbeda-beda di setiap masyarakat, pemerintah,
dan budaya. Yang pasti sih pengasuhan di berbagai masyarakat ini mempunyai tiga
tujuan utama:
1. Untuk menjamin kesehatan dan keselamatan anak
2. Mempersiapkan anak untuk menjalani kehidupan yang produktif ketika mereka mencapai usia dewasa
3. Untuk mendorong transmisi nilai-nilai dan praktik budaya. Termasuk di dalamnya nilai-nilai dan aturan agama.
4. Hubungan orangtua-anak yang sehat sangat penting untuk mendorong perkembangan kesehatan mental anak.
Dan untuk melakukan praktik
pengasuhan para orang tua dan pengasuh membutuhkan informasi yang
jelas, pengalaman, dukungan, pendidikan dan bimbingan dalam rangka memberikan
keamanan, lingkungan pengasuhan dan belajar yang positif bagi anak mereka berkembang
dan bertumbuh. Its must!.
Sebagai seorang
muslim, kita mempunyai kewajiban mendidik anak sebagaimana perintah Al-qur’an
dalam QS. At-Tahrim: 6.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا
orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.
Ini perintah paling eksplisit dalam
al-Qur’an untuk menyelamatkan keluarga kita termasuk anak-anak kita agar tidak
menjadi penghuni neraka. Dimana penghuni neraka adalah orang-orang yang berbuat
dzalim.
What do
children need?
Sebenarnya apa sih yang dibutuhkan oleh anak? Paling dasar tentu saja anak-anak memerlukan makanan dan air, sanitasi, dan akses terhadap layanan kesehatan bertahan hidup. Dan mereka juga membutuhkan kasih sayang, perhatian penuh kasih, mental rangsangan, bimbingan dan dukungan agar dapat berkembang dan tumbuh secara aman dan positif lingkungan.
Kebutuhan anak tersebut
tercantum sebagai bagian dari hak-hak anak yang kita terapkan di Indonesia yang
kita ambil dari Konvensi
Hak Anak ( convention on the right of the child-crc) yang diadopsi oleh majlis
umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1989.
Orangtua Harus Mempersiapkan Bekal Sebelum
Berkeluarga
Untuk melakukan hal-hal di atas tentu saja orangtua harus sudah mempersiapkannya sebelum mereka menikah. Ada inventori bagus untuk mengukur ‘Kesiapan berkeluarga’ yang bisa teman-teman cek di aplikasi Famlink Pengukuran Keluarga yang disusun berdasarkan teori Perkembangan Keluarga oleh Duval.
Aplikasi ini disusun oleh
Prof. Euis Sunarti dan ada bukunya juga dengan judul: Pengukuran Keluarga. Teman-teman bisa cek di sana apa saja sih Kesiapan
berkeluarga yang harus kita persiapkan sebelum menikah dan berkeluarga. Tak
hanya mengukur Kesiapan Berkeluarga, di Pengukuran Keluarga kita juga bisa
mengukur: Ketahanan Keluarga, Kerentanan Keluarga, Kualitas Interaksi Keluarga,
Lingkungan Ramah Keluarga, Keberfungsian Keluarga, Resiliensi Keluarga, Tekanan
Ekonomi Keluarga, Kesejahteraan Keluarga, ada juga Keimanan dan Praktik ibadah
Keluarga, indeks kebahagiaan keluarga, oia ada juga pengukuran Nilai Anak bagi
keluarga, dan beberapa lagi pengukuran lain yang berkaitan dengan keluarga.
Oia berkaitan dengan Nilai anak. Tadinya kalau saya ga kuliah di Family and Children studies saya ga pernah ngeh bahwa 'Nilai anak' dalam keluarga itu bisa diukur. kita bisa mengukur nilai anak bagi kita orang tua itu seberapa sih besarnya. coba dicek atuh, nilai anak bagi kita orang tua seberapa sih?
Hayuklah teman-teman
blogger yang interest dengan parenting and family bisa mencoba instrumen Pengukuran
Keluarga ini. Dan kemudian kita bisa evaluasi, sejauh mana praktik berkeluarga
kita sesuai koridor atau tidak. Meskipun pengukuran bisa saja belum tepat atau
mendekati kebenaran tetapi teman-teman bisa memanfaatkan instrumen ini sebagai
bagian dari evaluasi.
Dari beberapa
penelitian ternyata erat sekali antara kesiapan berkeluarga dengan ketahanan
keluarga. Dan ketahanan keluarga ini berimplikasi pada pengasuhan yang baik
untuk anak-anak kita. Masya Allah. Insya allah di artikel berikutnya saya
sharing tentang beberapa praktik pengasuhan ya. Semoga ini bagian dari amal
shalih dan bagian dari pertanggung-jawaban moral as a PhD student at Family and Children studies serta upaya untuk spreading kebaikan untuk menjadikan anak-anak kita
bertumbuh dan berkembang dengan baik. Aamiin.
Tadi siang saya lihat di X ada yang nanya gimana menyikapi ketika anak menyalahkan orangtua dan bilang, "aku kan gak minta dilahirin." Dalam hati, saya langsung jawab, yang pertama kali harus dilakukan orangtua adalah introspeksi. Karena saya yakin kalau bondingnya bagus, anak gak bertanya seperti itu. Saya berpendapat begitu karena juga berpikir kalau orangtua dan keluarganya adalah fundementalis bagi anak.
BalasHapusTulisan ini membuat saya kembali merenung! Bahwa memang penting sekali untuk kita sebagai orang tua mempersiapkan diri sebelum punya anak. Kesiapan mental dan pengetahuan sangat krusial untuk mendukung perkembangan anak. Saya setuju, belajar dan saling berbagi pengalaman itu kunci agar anak-anak kita bisa tumbuh dengan baik.
BalasHapusMenarik banget bukunya. Berarti dirimu lagi sekolah sebagai orang tua bukan, sih? Itu jurusannya lebih ke psikologi, sosiologi, pendidikan, atau bagaimana?
BalasHapusBanyaknya buku2, kajian, training bahkan aplikasi terkait dengan persiapan pernikahan dan berkeluarga saat ini bener2 bikin besar harapan untuk kehidupan keluarga anak2 kita ke depan. Asal mrk mau belajar. Teringat betapa minimnya dulu mendapatkan paparan ilmu pernikahan dan parenting dan bagaimana struglingnya menjalaninya
BalasHapusApalagi menilik kasus Loly yang lagi viral ya mba. Cuma bisa mengelus dada. Betapa berat PR dan tanggung jawab orang tua saat ini dalam mengasuh dam membersamai anak. Karena itu tadi, ngga ada sekolahnya. Setuju kalau ketahanan keluarga berpengaruh pada pengasuhan anak sih.
BalasHapusALhamdulillah dapat sharing dari PhD student at Family and Children studies seputar parenting yang penting begini..bakal ngikuti terus saya nanti.
BalasHapusKali ini mau coba ngukur dulu , ternyata ada "nilai anak' dalam keluarga