Lagi hangat-hangatnya nih ya berita
selebritis dan kasus KDRT-nya. Bahkan trending berhari-hari di twitter. Hilang dah
itu berita Sambo dan kanjuruhan hehehe. Ya gimana lagi, namanya kasus yang
menyentil sisi emosional ibu-ibu se-jagat raya. “ Hah, DIBANTING? Sampai geser
tulang leher”. Pokoknya gitulah beritanya di media. Pokoknya media mah ya
langsung ambil kesempatan. Lumayan naikin trafic. Lecet dibilang luka dalam,
kemerahan dibilang membiru. Eh ini bukan berarti meremehkan kekerasan ya. Tapi liciknya
media menambah-nambahi berita itu lo yang kadang bikin gemes.
Kembali ke kasus KDRT ini. Saya kenal
beberapa orang yang mengalami KDRT ini. Bahkan tergolong berat. Dan itu datang
dari kalangan orang yang terpelajar dan ngerti agama. Ada seorang kawan,
bercadar rapi dan suaminya (ex suami sekarang) mengerti agama. Tapi kalau lagi
kesel sama istrinya. Apa yang ada di tangan habis dihantamkan ke istrinya. Naudzubillah
min dzalik. Di tangan adanya hape ya hape itu dilempar. Di tangannya ada panci
ya panci itu untuk memukul. Pokoknya apa yang ada di tangan pas orangnya lagi
kesetanan itulah yang jadi alat bantu. Tapi selesai menghajar sampai ‘babak
bundhas’ si suami ini memohon ampun sampai sujud-sujud dan ngasih hadiah mahal.
Maklum ya wong sogeh ini.
Bagaimana kondisi istrinya? Jangan ditanya?
Remuk lahir bathin. Tapi kalau disuruh cerai, susah banget ambil keputusan. Tambah
susah lagi kalau urusan ekonomi bergantung sama si lakinya ini. Ibu-ibu selalu
beralasan mikir nasib anak-anaknya. Padahal anak-anak yang dibesarkan dalam
rumah tangga layaknya peperangan seperti ini akankah tumbuh normal?
Beberapa anak yang saya ingat
dibesarkan oleh ayah pelaku KDRT ini akan mengulang kisah yang sama di
kehidupannya selanjutnya. Iya, beneran. KDRT ini ‘Lingkaran Setan’. Ga akan
putus kalau kita tidak memutus rantainya.
Kalau anak-anak itu tidak meniru
perilaku ayahnya paling tidak ‘ trauma’nya akan berbekas sampai dewasa. Menjadi
anti pernikahan. Membenci laki-laki. Bahkan anti sosial dan skeptis dengan
orang-orang sekitar.
Saya selalu bilang ke anak-anak
laki-laki di rumah saya “ Laki-laki itu mendapat gelar gentlemen, dari kata
gentle artinya bukan jantan tetapi lembut”. Harapannya memang lelaki yang
gentlemen itu yang lembut dan santun. Dalam bahasa Arab ada istilah Al-Rifqu,
artinya sikap lemah lembut. Bahkan dalam kitab ‘Muqawwimat ad-Da’iyat an-Najih
Fi Dhau’i al-Kitab wa Assunnah Mafhumun wa Nadharun wa Tathbiqun”, Ar-Rifqu ini
merupakan salah satu dasar keberhasilan dakwah Rasulullah.
Dan tabiat ini memang muncul karena lingkungan yang menstimulasi si anak untuk berlaku lemah-lembut. Ini sesuai sih dengan teori ‘Belajar Sosial’ yang digagas oleh Albert Bandura. Bahwa lingkungan itu mempengaruhi tumbuh kembang anak. Mampir sini ya yang mau belajar 'Social learning'
https://www.catatansiemak.com/2022/10/mempersiapkan-social-learning-si-kecil.html
Jadi mau ga mau memang untuk
menumbuhkan sikap lemah-lembut atau gentle ini lingkungan si anak tumbuh harus
dipersiapkan sedemikian rupa. Dari ayah ibunya. Dari lingkungannya. Dari kehidupan
di sekitar rumahnya dan seterusnya.
Kalau di rumah saya sendiri, ayahnya
anak-anak itu terhitung ‘halus’. Hampir-hampir tidak pernah meninggikan suara. Maklum
ya orang Jogja asli, keturunan kraton pula. Suara saya naik sedikit saja si
ayah langsung kaget. “ora ilok ah dek (ga baik ah kayak gitu)”. Anak-anak
laki-laki di rumah saya ada 5 orang dan rata-rata pendiam seperti ayahnya
kecuali Miqdad ya, itu beda. Hahaha. Dan saya akui lingkungan tempat anak
tumbuh memang mempengaruhi sekali dalam menumbuhkan sikap Ar-Rifqu ini. Osama
itu ikut bela diri dari kelas 3 SD tapi kalau ikut turnamen silat jarang
terprovokasi. Kalau marah masih bisalah menahan diri. Semoga anak-anak tetap
bisa bersikap lemah lembut sampai mereka dewasa kelak. Aamiin.
Memang sih tidak ada manusia yang sempurna. Begitu juga laki-laki. Maunya 9 sikap yang ditulis dalam kitab yang disebut di atas itu ada semua pada diri anak laki-laki. Tapi paling tidak sikap-sikap baik selalu ada pada diri anak. anak perempuan saya satu orang tapi nyari calon menantu maunya sih yang sempurna hahaha. tapi dimana kita mencari kesempurnaan? bukankah kesempurnaan hanya milik Allah. tapi selalu saya bilang ke anak laki-laki di rumah bahkan para pria non muslim saja banyak yang memiliki sikap baik apalagi kalian yang seharusnya paham agama lebih baik lagi sikapnya. malu-lah sama Suga. eh gimana? hahaha.
Suga apa surga? Lhaa jadi ke Korea.
BalasHapusIya ya gentleman itu dari gentle, lembut. Obrolan yg menarik, coba deh ku bahas sama para pria di rumah.