Kemarin saat anak sulung saya sedang
survey saat hendak beli laptop baru, kami kaget dengan melambungnya harga
laptop dan tablet di pasaran. Sampai Osama bilang sama saya” Mi,
tabunganku bisa terkuras nih Mi. Duit tabunganku buat ‘mblayang’ ke luar negeri
bisa habis”. Hahaha.
Meningkatnya Penggunaan Internet Di
Masa Pandemi
Pandemi covid-19 ini mau tidak mau memang
mengubah gaya hidup sebagian besar masyarakat dunia. Mulai dari pembelajaran
berbasis internet (daring) serta berkurangnya aktivitas luar ruangan. Berdasarkan
Ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Jamalul Izza
jumlah pengguna internet di Indonesia hingga Q2 tahun ini naik menjadi 73,7
persen dari populasi atau setara 196,7 juta pengguna. Dan berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah ini setara 196,7 juta pengguna internet
dengan populasi di Tanah Air 266,9 juta.
Penyedia layanan internet (Indihome
dan Biznet) mengatakan juga terjadi peningkatan penggunaan internet sejak
diberlakukannya sekolah daring dan work from home. Terjadi peningkatan
penggunaan internet sebanyak 13 % pada malam hari dan rata-rata peningkatan
15%. Dan terjadi peningkatan penggunaan internet pada anak dan remaja. Ketika saya
cek di datanya kominfo disebutkan saat ini pengguna internet di Indonesia
sekitar 80-100 juta. Pengguna internet yang berumur 15-40 tahun mencapai 68
persen. Sementara di bawah 15 tahun sebanyak 10 persen dan sisanya pengguna
umur 40 tahun ke atas. Angka tersebut tentu saja termasuk anak remaja saya di
rumah.
Bijak Menggunakan Internet Dan Sosial Media
Keluarga kami memberikan akses gadget
dan internet kepada anak remaja kami di rumah. Hari ini penggunaan internet
seperti pedang bermata dua. Dan saya yang mengambil resiko memberikan gadget
dan internet ke anak remaja. Ada seorang bijak yang mengatakan
”Teknologi
seperti sungai di depan rumah kita. Orang tua yang penyayang akan menutup akses
penuh ke arah sungai. Sedangkan orang tua yang bijak akan mengajari
anak-anaknya berenang agar bisa menyebrangi sungai dan meraih sesuatu yang bermanfaat dari sungai”.
Di rumah kami meskipun anak remaja
mendapat gadget dan akses internet tentu saja mereka mendapat peraturan
pengawasan dari kami orangtuanya. Yang pasti sih pendekatan ke anak remaja itu
seperti memegang layangan. Terjadi tarik ulur yang seru dan menegangkan. Saya sampai
bilang sama ayahnya anak-anak kalau bukan ingat akhirat mungkin tiap hari
kerjaan saya adalah berantem dengan anak abege di rumah. Hahaha. La, anak-anak
remaja itu memang bawaannya minta diajak perang aja. Harus diakui pendekatan ke
para remaja adalah seperti nasihat Ali Bin Abi Thalib. Memperlakukan anak-anak
sesuai usianya. Anak usia 0-7 tahun diperlakukan seperti raja, anak usia 7-12
tahun seperti para tentara dan anak-anak remaja seperti kawan.
Diskusi panjang dan diselingi jokes
adalah tarbiyah yang menurut saya lebih pas ke anak remaja ini. Makanya tak
heran. Saya sering banget melakukan diskusi-diskusi receh sampai urusan negara,
halagh, kepada anak remaja. Hari ini diskusi kami bisa saja seputar kenapa lagu
‘Butter’nya BTS yang terpilih sebagai lagu resminya EURO 2021. Dan besoknya
bisa saja diskusi kami tentang global warming dan pekerjaan di masa depan yang
lebih go green. Tuh kan, diskusi dengan anak remaja memang begitu luas
rangenya. Bisa saja saat sarapan pagi diskusi kami sudah panas karena debat
alot tentang pemilihan presiden US dan sorenya kami cekikikan ketika membahas
bagaimana kelanjutan film Jurassic World 3 nantinya mengingat di Jurassic World 2 banyak dino terlepas di masyarakat
modern. Haiyah, diskusi begini yang bikin kangen ngobrol dengan anak abege. Seorang pakar perkembangan anak pernah mengatakan " Bacaan dan diskusi saat remaja itu mempengaruhi keputusan- keputusan penting di masa depan "
Memanfaatkan Internet dan Sosial
Media Dengan Cerdas
Ketiga anak remaja kami memang sudah
memiliki akun sosial media. Pengawasannya berlapis tentu saja dengan prinsip
tarik ulur tadi. Mengingat selama pandemi informasi bertebaran sangat massive. Dan
yang menyenangkan banyak lembaga-lembaga dunia yang berlomba-lomba memberikan
kelas online secara gratis. Yang tentu saja informasinya didapat melalui sosial media. Sayang sekali kalau kesempatan belajar banyak hal
itu dilewatkan oleh para remaja ini.
Ada beberapa hal penting yang selalu
saya tekankan pada anak remaja di rumah dalam penggunaan internet dan sosial
media. Termasuk ketika membuka website-website berita seperti www.indozone.id
1. Mereka bertanggung
jawab penuh terhadap apa yang mereka posting. Sehingga saya menerapkan aturan
beberapa hal yang diperbolehkan dan dilarang diposting di sosial media. Termasuk
saya jelaskan tentang UU ITE dan juga perundungan serta ciber crime yang
menyasar anak-anak dan remaja.
2. Anak-anak saya
latih untuk bersikap kritis terhadap apapun yang mereka terima di sosial media.
Dalam islam ada prinsip tabayyun setiap mendapat berita. Itulah pentingnya
anak-anak terbiasa terbuka dengan orangtua. Bahkan saya membuka diskusi dengan
anak-anak remaja ini bahkan sampai hal tabu termasuk tentang prinsip-prinsip
sex education. Saya dan ayahnya anak-anak berprinsip lebih baik ‘pait-paitan’ di
awal dengan anak sendiri daripada nanti mereka malah mencari informasi ke
teman-temannya, misalnya.
3. Seluruh akun
sosial media mereka termasuk passwordnya memang kami ketahui. Meskipun mereka
tidak lagi kami minta untuk mengembalikan hape pada pukul 9 malam seperti dulu.
Tetapi mereka tertib menutup hape di pukul 10 malam. Karena memang membatasi
penggunaan hape di masa pandemi ini agak-agak ribet juga karena sering beberapa
tugas online hanya bisa dikerjakan di malam hari.
4. Para abege ini
saya motivasi untuk mengikuti banyak kelas online yang mereka sukai. Dan
pemanfaatan aplikasi yang bisa digunakan untuk mengasah skill yang sangat
bermanfaat di masa depan. Seperti Osama, anak sulung kami, yang mengikuti kelas
barista untuk meracik kopi dan juga mengikuti kelas desain dan ilustrator yang
diadakan sebuah perguruan tinggi di luar negeri. Sedangkan anak remaja putri
kami mengikuti kelas baking dan pasta di sebuah lembaga kuliner dalam negeri. Dan
anak kedua saya sebelum masuk ke asramanya sempat mengambil kelas kitab
bersanad dari lembaga di Timur Tengah. Harus diakui pandemi seperti sekarang
membuat banyak lembaga dunia menjadi murah hati dalam membagi ilmu mereka yang
berharga. Kebanyakan informasinya didapat melalui akun sosial media baik di twitter maupun instagram.
5. Saya kenalkan pada para abege generasi Z ini tools yang bisa digunakan untuk melindungi data dan keamanan akun kita. Ini menjadi lebih mudah sih karena mereka lebih mahir dalam urusan teknologi daripada saya. Hahaha.
Mungkin diantara begitu keras usaha kami melindungi anak-anak tetap ada kebocoran yang tidak bisa kami hindari. Tetapi saya sudah warning ke anak-anak bahwa mereka adalah manusia merdeka. Mereka bertanggung jawab penuh atas kehidupan mereka sebagai manusia. Sehingga mereka harus berpikir dan mencari solusi atas setiap masalah yang datang kepada mereka. Kami sebagai orangtua akan selalu membuka tangan dengan penuh kasih sayang. Tetapi mereka tetap harus bertanggung jawab atas hidup mereka. Saya selalu mengingatkan anak-anak bahwa hidup ini adalah berpindah dari satu masalah ke masalah lain. Namanya juga hidup pasti dikelilingi masalah kalau dikelilingi wijen itu onde-onde. Hahaha.
Samaa. aku dengan 2 remaja laki-laki di rumah kalau dituruti memang kayak mau perang tiap harinya hahaha. Memnag bener jadikan mereka teman, ngobrol apa saja, jadi nambah wawasan sekalian selipin pesan-pesan. Internet pun gitu, tarik ulur aja ya, tetap diawasi meski pastilah ada bocor sana-sini cuma kalau ga kasih sama sekali malah bahaya kalau mereka curi-curi. memang mesti bijak
BalasHapusNah, setuju sekali mak Irul bagaimana cara kita menerangkan tentang literasi digital ke anak-anak. Dengan obrolan keseharian saja itu sudah oke, dari obrolan masuk ke topik hal-hal yang perlu disadari juga tanggung jawab akan media sosial.
BalasHapusSebagai orang tua, sudah kewajiban kita ya untuk memberi pengetahuan ke anak-anak akana teknologi, bahaya sekaligus manfaat. Dan ini akan dilakukan terus seiring perkembangan teknologi.
Btw, ngakak di kalimat terakhir :))) udah lama juga gak makan onde2.
Kalau kita ga kasih koneksi & gadget bisa-bisa anak gaptek juga ya mak. Makanya benera jadi punya dua sisi nih sosial media juga. Tapi jangan mau kalah dong, kita bisa pakai cara pintar & bijak dengan memanfaatkan sosial media
BalasHapusPerlu saya adopsi nih Mak tipe pembelajaran yang dijalankan khususnya untuk anak remaja.
BalasHapusIya ya mereka itu semacam lagi nyari identitas makanya kita sebagai orang tua harus sigap memberikan ruang yang cocok untuk mereka. Jangan sampai sisi negatif dari dunia digital yang mereka dapatkan.
Terimakasih ya Mak...
Bener banget mbak,
BalasHapusKalo ngadepin anak remaja udah kayak layangan yah, harus tarik ulur
Dan harus selalu siap sedia untuk dicurhatin
Justru anak2 harus disiapkan untuk menghadapi dunia digital yah mbaaak, cuma memang harus hati2 banget jangan sampai kebablasan
emang udah jamannya digital ya mbak, nggak bisa dong kita terus-terusan melarang anak remaja buat akses internet. Kalau itu terjadi, bisa-bisa mereka (dan juga kita sebagai orang tuanya jadi kudet). Dengan akses luas ke dunia digital, sebenarnya memaksa orang tuanya juga untuk mengikuti perkembangan jaman, biar bisa nyambung kalau ngobrol sama anak-anak
BalasHapusIh mbaaa.. Aku lagi jadi tentara nih. Kadang suka mikir apa kebawelan apa gimana ya. Takut salah ya Allah. Aku dan bapak suami patroli nya lebih banyak aku sih 😆 anak aku blum ku kasih gadget pribadi tapi karena skul jadinya yaudah bisa chat sama sepupunya. Ampuun nggak kelar2 chat, vcall sama sepupu. Nggak kebayang klo udah punya HP sendiri.
BalasHapusMakasih ya mba tulisannya pas banget ku butuhkan..
Sebagai orangtua, aku juga berhati-hati sekali untuk pantauan penggunaan gadget pada anak, mba. Tetap pantau dan komunikasi harus bagus juga ke anak biar ada keterbukaan
BalasHapusMbaa.. Saya suka dengan filososi air sungai. Menutup jalur ke sungai, bulan berarti anak tidak akan kecemplung ke sungai. Tapi mengajarkan berenang, ia akan bisa bertahan melewati sungai. Hanya saja keahlian itu bukan sekedar berenang, melainkan mampu membaca arus sungai. Jika terlalu deras tak perlu masuk ke sungai.
BalasHapusBegitupun sosmed. Anakku kutanamkan filosofi berenang di sungai. Yg ditanamkan ilmu agama, biar dia pandai membaca arus sungai dalam bersosmed.
Anakku masih TK tapi habis baca ini jadi mbayangin PR besarku buat anak-anakku nanti mak. Salah satunya bijak bersosial media ya. suka banget mbak tulisannya..ujuk2 kok habis :(. Kurang panjanggg...
BalasHapusbtw, itu yang pake baju biru MIqdad??
Kalau punya anak remaja yang udah mulai pinter otak atik sosmed sendiri emang suka cemas ya mbak? Wah aku jg kudu mulai belajar tentang parenting remaja nih
BalasHapusKudu dijelaskan baik2 apa positif dan negatifnya penggunaan sosmed dan selalu diarahkan berjalan di jalur yang tepat ya
Termasuk juga kita arahkan utk dapat info2 di situs2 yang bertanggungjawab
Keren banget sih mbak anak-anak memanfaatkan medsos dan internet untuk mencari ilmu baru seperti belajar bikin pasta dll, anak-anakku harus lebih diarahkan lagi nih..
BalasHapusSaya termasuk yang mengenalkan dunia internet sejak mereka kecil. Bahkan sering kali diskusi sama mereka. Justru saya malah khawatir kalau terlalu melarang. Khawatir mereka malah diam-diam trus gak tau batasan. Biar bagaimana pun, mereka udah jadi bagian generasi digital
BalasHapusemang buat anak apalagi yang lagi sekarang lagi daring hape itu lekatt. cuma memang gimana orang tuanya ya mak. karena kalau ga kita siapa lagi yang begini ngajarinnya
BalasHapusbangga pasti anakmu mak irul punya ibu yang paham medsos jadi bisa biin anak bijak bersosmed
Bener banget Mak, anak dikasih fasilitas gadget sama akses internet sih gpp, tapi orangtua harus mengawasi,dikasih tahu juga akses sosmed mereka. bukan berarti anak enggak punya privacy, tapi pengawasan itu penting. banyak loh ortu yang abai akan ini dan cuma ngasih gadget sama akses internet tanpa peduli apa yg dilakukan anak2nya. padahal gadget dan internet kalau enggak digunakan dengan bijak ya bisa fatal.
BalasHapusMau gak mau ajak zaman now hrs berhadapan sm gadget n dunia digital. Sm dg menghadapkan mrk pd sebuah danau. Pilihannya belajar berenang untuk melewatinya bkn tenggelam atau lari.
BalasHapusIya jadikan anak sesuai usianya, setuju dengan ungkapan ini. Jadi ingat waktu tahu anakku main game dengan bonus yang bikin aku marah. Untungnya ayahnya mengingatkan kalo marah itu bukan jalan terbaik. Punya anak abege memang harus pintar menjawab semua pertanyaan saat ngobrol bareng. Apalagi dunia digital telah merampas waktu dan perhatian mereka. Pintar2nya kita sebagai orang tua yang harus tetap belajar dan seiring sejalan dengan kegiatan mereka
BalasHapusAnak sulung aku, justru paspendemi, jadinya punya Hp sendiri, pas pula klao dari segi usia, udah 13 tahun. pertama yang aku eduksi waktu itu adalah soal covid, lewat media tiktok, aku suruh dia nonton dan itu efektif buat dia belajar soal corona. Sekarang pun meski satu rumah, kalo dia di kamar aku suka vidcall kalo pengen apa2, karena emang udah zamannya gitu, kasih pesan juga kasdang suka lewat video, lebih ngena sih
BalasHapusMasa pandemi memang membuat anak-anak jadi akrab dengan internet ya...mau gak mau kita sebagai ortu harus lebih ketat nih kontrolnya..selain di media sosial juag inetraksi dengan teman-temannya di dunia maya (WA dsj)..
BalasHapusKalau anak jaman sekarang sih udah wajib banget harus melek dunia digital karena memang eranya mereka. Semua informasi bisa didapetin termasuk bisa nambah skill juga. Di masa depan pun kerjaan mereka pasti berhubungan dengan ini. Tugas kita sebagai orang tua ngawasin terus biar nggak kebablasan.
BalasHapusSenangnya sudah memiliki anak yang bisa dan suka diajakin diskusi yaa, kak.
BalasHapusmemang segala kebutuhan kini harus tersambung internet. Sehingga penting banget memanfaatkan media sosial sebagai sarana belajar dengan baik.
Anak saya si Najwa juga sudah pra remaja. Sudah mulai tarik ulur dengan saya. Awalnya saya agak khawatir juga dengan media digital, tapi karena kondisi seperti sekarang, mau gak mau kami harus memberi akses kepadanya. Oh ya, Najwa belum punya medsos, hanya saja dari youtube dia mengakses tiktok. Saya sempat deg-degan juga, karena beberapa jenis sosmed ini agak susah difilter. Tapi alhamdulillah, kami diskusi panjang lebar, dan tetap dalam pantauan. Memang mengasuh remaja ini capeknya sudah beda dengan kanak-kanak, kalau dulu capek di badan skrg capek di pikiran. Musti sabarrrrr banget.
BalasHapusMasya allaaah suka banget sama quote mak Irul ini,
BalasHapussungai bukan tempat yang bisa kita tutup - tapi kita perkenalkan, karena di dalam sungai yang tenang pun ada buayanya jadi mereka semua harus tahu cara mengarungi dengan aman