Ini bukan Rusa Tarakan, Tetapi pemandangan seperti ini dulu biasa saya lihat di Tarakan pict by pixabay |
Saya ingin bercerita tentang sedikit
tempat yang pernah saya tinggali semasa kecil. Bapak saya seorang pekerja
swasta yang bekerja di perusahaan asing. Masa kecil kami hidup berpindah-pindah
tempat. Mengikuti tugas bapak.
Ada beberapa tempat di Indonesia yang
begitu berkesan buat saya karena mengisi kenangan masa kecil saya. Bisa bertemu
dengan banyak orang dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan saya menguasai
beberapa bahasa daerah. Keuntungan yang sulit saya dapat jika saya ga ikut
pindah-pindah sama bapak.
Satu tempat yang sangat berkesan
untuk saya adalah daerah namanya Tarakan. Dulu masuk wilayah Kalimantan Timur. Saat
ini menjadi bagian wilayah propinsi Kalimantan Utara. Berbatasan dengan negara tetangga,
Malaysia. Bahkan seingat saya kami sering banget melakukan perjalan ke daerah
namanya Tawau yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia.
Dulu Tarakan ini banyak terdapat
perusahaan kayu dan perusahaan batubara milik asing di mana bapak saya bekerja
di salah satu perusahaan asing di sana. Di Tarakan ini kami tinggal di kamp
yang berisi para pekerja. Dan saya bisa menikmati yang namanya kehidupan alam
bebas.
Saat itu jika kami ingin berbelanja
kebutuhan ke kota yang agak ramai kami harus melewati hutan dan tepi lautan dan
sungai. Yang hutannya masih dipenuhi oleh binatang liar. Sering mobil kami
berhenti sementara untuk memberi kesempatan pada hewan-hewan itu menyebrang
jalan. Diantaranya kawanan rusa bertanduk panjang. Kawanan banteng hutan.
Kawanan kera. Bahkan kalau sore hari melewati tepian sungai, kami bisa melihat
pemandangan hewan-hewan hutan minum air di tepian sungai. Masya Allah. Kayak di
Afrika beneran. Iya, saat itu saya sudah ngerti Taman Nasional Afrika soalnya
bapak sering membacakan buku dan majalah luar yang berisi tentang tempat-tempat
indah di luar negeri.
Hiking Membelah Hutan Pedalaman Kalimantan
Bahkan bapak pernah mengajak saya
berjalan kaki alias hiking menembus hutan menuju sebuah perkampungan yang
lumayannya jauh dari camp perusahaan tempat kami tinggal. Hari itu hari Ahad
pagi. Berbekal parang besar dan senapang angina serta bekal makanan di dalam
ransel kanvas versi milik TNI bapak mengajak saya membelah hutan.
Mengikuti jalan setapak yang biasa digunakan
penduduk setempat untuk menuju sebuah desa yang memiliki Gereja dengan Lonceng
terbesar di kawasan Kalimantan. Kami baru sampai di desa itu setelah menempuh
perjalanan jalan kaki hampir 4 jam. Whoaaaa. Dan saya ga kecapekan tuh. Soalnya
bahagia banget. Sepanjang jalan bapak ngajarin macem-macem soalnya.
bersama Salma di puncak Gebang, Jogja. Sambil bercerita tentang masa kecil saya di Tarakan |
Bapak mengajari saya mana tanaman
yang bisa dimakan dan mana yang beracun. Bapak juga mengajari saya mengambil
batang tanaman yang kalau dahannya dipotong keluar air segar dari bekas potongan
itu. Bapak mengajari saya mengunyah selembar daun yang kalau dikunyah lama
rasanya jadi manis. Bapak memetikkan saya buah hutan yang enak banget dimakan. Kami
juga sempat menebas segerombol salak hutan yang berwarna merah menyala yang
rasanya kecut banget. Duuuh kangen.
Setelah perjalanan itu kami sampai di
sebuah desa yang memiliki gereja dengan lonceng besar banget. Dan bapak
membolehkan saya masuk ke dalam gereja. Untuk apa? Cuman untuk melihat lonceng.
Setelah melihat loncengnya bapak mengajak saya keluar dari gereja. Kata bapak “
orang mau ibadah, nanti kita mengganggu mereka”. Karena kebetulan hari itu hari
Minggu jadwal ibadahnya umat Nasrani. Dan ternyata bapak memiliki kenalan
seorang pengabdi di Gereja tersebut sehingga bapak meminta izin agar saya
diperbolehkan melihat lonceng gereja tersebut. Itu lonceng gereja terbesar yang
pernah saya lihat. Loncengnya lebih besat daripada mobil. Dan setiap berdentang
bunyinya membuat tanah terasa bergetar.
kKnangan Indah Bahasa Berbagai Daerah
Kenangan tempat semasa kecil itu sampai
saat ini masih sering terlintas dalam ingatan. Bahkan saya masih bisa berbahasa
daerah yang saya pelajari dari tetangga kami saat di sana. Berkat tinggal di
Tarakan saya saat itu bisa menguasai bahasa Dayak Ngaju yang menurut saya
logatnya mirip bahasa Thailand. Bisa bahasa Madura, bahasa Banjar, Bugis dan
bahasa Jawa. Benar-benar pengetahuan yang kaya banget.
Makanya kalau ada promo tiket dari Air
Asia saya biasanya ngintip-ngintip harga tiket penerbangan ke Sandakan, Serawak
Malaysia. Karena dulu zaman saya kecil banyak tetangga kami yang berbelanja
sampai ke Sandakan sana. Itu padahal udah luar negeri tetapi orang sana
menganggapnya biasa aja.
Kenangan masa kecil yang indah banget.
Berkat tinggal berpindah-pindah mengikuti tugas bapak saya bisa mengenal banyak
daerah di Kalimantan.
Karl May banget ya mb masa kecilmu hehehe atau burlian? Xixixi... Atau tarzan eh jane kali ya😁. Jd ikut mbayangke hutan dgn pohon2 besar, pohon oak ada kali ya mb? Bisa buat rumah pohon yo.... Ah senangnya hatiku pdhl cm mbayangin aja ya hehehe
BalasHapus