![]() |
pict by pixabay |
Ada satu kata hikmah yang saya dapat
dari seorang sahabat di Teras Dakwah Yogyakarta. Kebetulan kami rutin
mengadakan pertemuan setiap pekan. Nah, kata hikmah itu dikutip dari seorang sahabat.
Seorang sahabat nabi bernama Abdullah bin Mas’ud pernah ngendika (berkata). Inilah
kata berhikmah tersebut.
“ Kebenaran itu berat, namun lezat akibatnya. Sedangkan kebatilan itu
ringan namun buruk akibatnya. Betapa banyak syahwat sesaat yang mewariskan
kesedihan berkepanjangan”
Ketaatan itu memang berat tetapi
sangat nikmat rasanya. Sedangkan maksiat itu ringan tetapi berat akibatnya bagi
kehidupan di dunia dan akhirat. Seorang ustadz pernah berkisah ketika beliau
memberi kajian rutin tentang bab taubat di dalam kitab Minhajul Qosidin.
Berikut kisahnya. Suatu hari di zaman
dahulu beberapa orang ahlul ilmu
melakukan safar ke suatu daerah di jazirah Arab. Mereka kemalaman dan bermalam
di suatu tempat yang mereka ketahui adalah tempat diazabnya kaum nabi Shalih. Salah
seorang ahlul ilmu diantara mereka mengingatkan temannya yang lain agar tidak
keluar sendirian di waktu malam. Tetapi salah seorang dari mereka lupa. Ketika malam
hari orang tersebut kelur sendiri untuk menyelesaikan hajatnya. Dan tiba-tiba
ia menghilang.
Teman-temannya kemudian mencarinya
bersama-sama. Perjalanan mereka jadi batal karena seorang kawan yang hilang
ini. Sampai kemudian si orang yang hilang ini ditemukan. Dan ia ditanya kemana
ia kok bisa menghilang. Kemudia ia bercerita. Pada malam itu ia diterjang angin putting beliung yang sangat keras. Bahkan badai. Ia tidak pernah bertemu dengan
badai sekeras itu. Lalu seorang ahlul ilmu di antara mereka mengatakan “ Itulah
angin yang pernah diturunkan kepada kaum nabi Shalih yang membangkang”.
Naudzubillah. Ratusan tahun berlalu sisa azab untuk kaum tersebut masih bersisa.
Itulah kemudian banyak para ulama
mengingatkan untuk selalu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar terhadap perbuatan
maksiat. Karena azabnya tak hanya menimpa pelaku tetapi juga orang-orang
disekeliling mereka.
Bahkan dari kisah di atas para ulama
mengingatkan bahwa maksiat itu berbuah. Itulah kenapa orang yang berzina sulit
untuk kembali karena besarnya dosa zina dan buah yang akan diterimanya. Mungkin mereka bergembira tetapi tidak untuk bahagia. Karena tidak ada kebahagiaan dalam kemaksiatan. Seperti halnya tidak ada ketenangan dalam kebatilan. Bisa dibuka di kitab Ighostatul lahfan-nya Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah.
Bagus sekali mba kata2nya beliau.
BalasHapusIya klo musibah datang, aku sering refleksi. Apa karena dosa di masa lalu.. :'(
Di zaman skrng ini bnyk terjadi bencana yg disebabkan oleh kemaksiatan
BalasHapus