Anak SMA Mandiri, Bisakah?
Beberapa waktu lalu saya dan sulung
sempat terlibat perbincangan serius tentang 'masa depan’. Diskusi kami
mengerucut pada istilah mandiri saat baligh. Awalnya saya tanya Osama siap
ga kalau menghidupi diri sendiri nanti kalau udah setara SMA. Osama tertawa
tetapi dia tidak menyanggah dengan kalimat semisal “ ah mana bisa” atau
sejenisnya. Dia cuman tertawa kecil seolah meyakinkan dirinya apa iya dia
ditanya tentang itu.
Sebenarnya wacana tentang mandiri
saat anak laki-laki akil baligh ini pernah kami diskusikan saat Osama mulai
rutin membaca sirah sahabat nabi yang jadi buku wajib yang harus dia baca. Hampir
semua kisah sahabat yang dibacanya para lelaki sahabat nabi sudah mulai mandiri
saat mereka remaja. Sudah berdagang, ikut perang, bahkan memilih keyakinan
(dalam hal ini memeluk islam) termasuk menikah di usia belasan tahun.
Yang saya bisa ambil dari banyak
kisah sahabat nabi adalah para remaja ini mandiri secara finansial karena
terbiasa bekerja baik berdagang maupun bekerja ikut orang lain. Itulah kenapa
mereka berani mengambil keputusan sendiri termasuk keputusan besar dalam hidup
semisal masuk islam dan menikah misalnya. Saya dan suami sendiri belum punya
bayangan sekuat apa kami jika melepas sulung kami untuk mandiri di usia SMA
besok. Tapi rencana untuk itu ada dan kuat insya Allah. Satu yang kami tekankan
bahwa kemandirian itu tidak akan kami jalankan sebelum kami merasa khatam
mengajarkan tentang makna kemandirian bagi seorang muslim. Sebagai contoh, pasti
kami tidak akan melepas anak untuk hidup mandiri jika salat subuhnya saja belum
berjamaah di masjid misalnya. Parameter paling sederhana untuk menilai
kemandirian seorang remaja adalah saat ia berangkat salat berjamaah ke masjid
di setiap waktu salat tanpa perlu ‘dioyak’ dulu. Itu parameter paling
sederhananya. Buat saya jika punya anak remaja yang setiap adzan salat
berkumandang dia berangkat salat ke masjid tanpa perlu diingatkan itu berarti
orang tua nyicil adem sik. Parameter selanjutnya bisa sambil jalan.
Hal paling mendasar yang harus
diajarkan pada anak laki-laki adalah berani mengeluarkan semua uangnya untuk
kemanfaatan tapi mau bekerja keras untuk mengumpulkannya kembali. Jadi laki-laki
itu tidak boleh pelit yang harus diajari adalah bagaimana pinter nyari duit. Hehehehe.
Itulah kenapa saya bilang pada Osama lihat para sahabat kalau berinfaq semua harta
yang mereka punya mereka berikan itu karena mereka tahu bahwa mereka bisa
mengumpulkan kembali harta mereka dengan jalan bekerja (berdagang dsb). Jadi sebenarnya
hal paling bagus sih memotivasi anak untuk terbiasa berinfak jadi mereka juga
termotivasi untuk menghasilkan uang lebih banyak lagi dengan bekerja ataupun
berdagang. Gitu kira-kira. Yang pasti sebagai orang tua kita bisa memperkirakan bahwa dengan kemandirian ini anak-anak remaja ini tetap bisa menuntut ilmu, mengoptimalkan potensi terbaik mereka dan menjadi manusia yang religius dan bermanfaat sekaligus. Dan ini orang tua yang punya peranan penting. Kalau anak bangun pagi saja sudah susah gimana mau dilepas cobak?.
Oia satu yang perlu diingat bahwa ini
bukan berarti orang tua menjadi lepas tanggung jawab pada anak ya. Atau malah
orangtua kemudian meresa bebas karena si anak sudah tidak tergantung secara
finansial lagi pada kita. Saya yakin semua orang tua pasti ingin menghidupi
anak sampai mereka punya anak cucu. Ga bakalan orang tua tega melepas anak
kalau kita sebagai orangtua tidak punya prinsip bahwa kemandirian itu harus
diajarkan pada anak.
Sekarang sih Osama masih setara kelas
2 SMP wacana tentang kemandirian ini sudah mulai menjadi bahan diskusi kami
dalam beberapa kesempatan. Dan Osama sepertinya fine-fine aja. Mungkin karena
dia melihat selama ini dia sudah mulai punya penghasilan sendiri jadi dia
melihat ‘kemandirian’ itu ga masalah buat dia. Atau mungkin dia ga sabar pengen
cepet-cepet usia SMA itu datang biar bisa cepet mandiri dan pergi dari rumah
-____- kalau begini emaknya jadi baper.
Dan satu hal lagi bahwa dengan kemandirian ini sebenarnya membuat anak lebih mudah untuk menikah di usia muda. Bukan dini ya. Entah kenapa kata dini itu buat semacam 'dewasa yang dipaksa' halagh. Maksudnya begini dini itu seperti ketidaksiapan, ketidak dewasaan berbeda dengan kata muda. Jadi saya lebih mendukung kalimat 'menikah muda' daripada 'menikah dini' misalnya. Karena kami sebagai orang tua mengajarkan pada anak-anak bahwa tidak ada pacaran dalam islam jadi untuk menjaga diri dan menggenapkan separuh dien kalian ya harus menikah. Dan menikah itu bisa dilakukan jika kalian mampu. Dan mampu itu di dalamnya termasuk 'mandiri' tadi.
Aniway, sebanyak mungkin kami
memperbanyak diskusi dan waktu bersama anak-anak. Agar saat ‘moment’ itu tiba
kami siap dan ikhlas melepas anak-anak agar mereka bisa mengejar cita-cita
mereka menjadi manusia yang bermanfaat bagi umat dan semesta. Aamiin.
Catatan ini ditulis sambil sedikit
mewek. Hahahahaha. Mungkin ada orang tua lain yang punya pendapat monggo
berbagi di sini. Mudah-mudahan kita bisa mendapat pencerahan. Oia buat keluarga kami ini berlaku untuk anak laki-laki ya bukan perempuan :). Kalau perempuan ada syarat yang lebih ketat lagi tentunya.
anak saya nih mak, ke mesjid berani sendiri tapi di rumah ke kamar mandi sendiri ga brani >< masih banyak PR nya..
BalasHapusInsya Allah bisa mak. Harigini sebal banyak cowok abg yg gaya2 di medsos pdhl duit msh minta ortu. Dah gitu bawel2 pula. Cowok kudu strong & berani krn kelak jd tiang bagi keluarganya.
BalasHapusKalo kasih pendapat sih blm bs, secara anak masih piyik, tp kadang mslah kemandirian ini masalah kesiapan ortu ngelepas jg sih. Kuatkan hatimu Mak. Ntr sharing2 trs yaa..buat persiapanku. Hihi
BalasHapusBaca keseluruhan jadi ikut merasakan rasanya punya anak laki ABG. Mudah2an Osama bisa menjadi laki2 sholeh yg mandiri ya nak. Aaamiinn. Punya umi hebat yg menghebatkan.
BalasHapusjadi kepengan punya anak cowok, semoga Anaknya menjadi anak yang soleh dan berbakti kepada orang tua
BalasHapusSaya juga ingin dan berusaha menyiapkan kedua anakku untuk mandiri baik secara financial dan mental saat usia mereka cukup dewasa.Ketika mrk mampu memilih jalan hidup mrk sendiri.
BalasHapusSuper sekali....
BalasHapusIni cerminan emak yg paham mendidik anak. Punya visi jelas, target jelas, salut deh..
Saya menyarankan perkuat agama dan mn
Saya menyarankan agar memperkuat agama dan mengasah talentanya.
HapusAgama akan memberi arah hidup dan kebahagiaan fi dunya wal akhirat.
Bakatnya akan membuat dia lebih cepat mandiri.