Queenie
Zayn malik Fans Fiction
Cerpen ini saya buat sekitar tahun 2013 kalau tidak salah. Sekedar iseng untuk di posting di wattpad kategori fansfiction. Iyah bener. Ini fansfictionnya Zayn waktu doski (doskii???) masih bergabung di One Direction. waktu masih imut-imut. Sekarang amit-amit. Hahahaha. Oia ini versi pendeknya. Soalnya saya buat versi novelnya dan sudah selesai juga. Baca di wattpad sana ya. Sekarang ga pernah nulis fiksi lagi. Ga pernah nulis wattpad lagi. Semacam author lupa password begitu kira-kira. Hatsyiiim
Queeni
Queeni terkantuk-kantuk
di samping ayahnya. Mereka sedang menunggu di Lounge khusus penumpang VIP.
Langit Amerika sedang tak bersahabat. Prakiraan cuaca setempat memperkirakan
akan ada badai sampai tiga - empat jam ke depan. Pesawat pribadi keluarganya
terpaksa taat aturan. Apalagi penerbangan mereka menuju Alaska. Umminya tadi
pergi ke cafe memesan minuman hangat. Queeni melirik ke sekeliling. Bandara JFK
memang bandara tersibuk di dunia. Dan lounge ini berisi golongan elit pengguna
pesawat terbang yang terpaksa mematuhi hukum alam. Coba kau pikir siapa yang
bernyali terbang bersama badai.
Tak lama masuk rombongan
pemuda beserta pengawal-pengawal tegap. Queeni menduga itu pasti pasukan artis.
Orang kaya baru. Mereka duduk di seberang kursi Queeni dan ayahnya. Ayahnya
masih sibuk membaca di ipadnya. Sampai kemudian seorang pemuda mendekati tempat
duduk mereka.
"Mister Wheeler?"
Ayahnya mengangkat kepala
" Yeah, mashaallah Zayn"
" Assalamualaykum" ucapnya.
" Wa'alaykumsalam" sahutku
dan ayah berbarengan.
" Anda disini juga?"
Tanyanya sambil tersenyum.
" Yeah begitulah" jawab
ayah.
" Kalian hendak kemana?
" Kami ada tour di California"
jawabnya masih dengan senyumnya. Ia kemudian menyalami dady. Dan menangkupkan
tangan di depanku.
" Ini Queeni" tanyanya
" Ya" daddy menjawab
" Wah sudah besar ternyata
sekarang" celetuknya.
Aku tertawa dalam hati. “Kau pikir?”
Aku tertawa dalam hati. “Kau pikir?”
Ia tersenyum ke arahku. Dan mungkin ia menebak
aku mengejeknya dalam hati
Ia dan dua orang temannya duduk di
depan daddy. Aku terpaksa menegakkan tubuhku dengan terpaksa. Haduh, batal deh
tidur-tidur ayam ku.
Mereka mengobrol dan sesekali
melibatkanku. Aku hanya menjawab pendek.
" Sekarang Queeni kelas berapa"
tanya zayn
" Tahun kedua di haigh school, Uncle Zayn" jawabku
Dan tawa teman-temannya meledak. Ayah
tersenyum. Aku bingung.
" Hey cukup Zayn saja tak perlu
pakai uncle. Aku belum merasa tua" sahut Zayn tersenyum. Aku tersenyum
malu. Untungnya daddy tanggap.
" Queeni jika kau bosan kau boleh
berkeliling. Minta ditemani Uncle Saad saja" kata daddy dan aku melirik ke
arah uncle Saad pengawal kami yang duduk sekitar 10 meter dari kami masih
menyesap kopinya. Aku hanya mengangguk.
" Ayo kutemani" sahut
temannya Zayn. Ia berambut putih. Rasanya namanya Niall. Ia menoleh ke ayah
" Bolehkan mister Wheeler"
ia minta persetujuuan ayah. Ayah mengangguk.
" Ayoo kita jalan-jalan. Aku
juga bosan dari tadi di dalam sini terus" ucapnya dengan mimik lucu.
Aku berdiri, sebenarnya aku ingin
sendiri berburu foto. Tetapi aku tidak bisa menolak pria berambut putih ini
kan. kami berjalan beriringan. Uncle Saad berdiri juga ketika melihat aku
beranjak pergi. Ia ikut berjalan bersama kami. Si Niall ternyata lucu juga. Aku
yang terbiasa diam dengan orang asing sesekali ikut tersenyum. Kami mengobrol.
Aku tepatnya mendengar obrolan mereka.
Aku sibuk mengambil foto. Nial juga
menjepret ke sana kemari dengan iphonenya. Uncle saad menawarkan mengambil foto
kami berdua. Aku hanya mengangguk. Ia mungkin agak heran melihatku yang tdk
terlihat antusias berfoto bersama artis. Tak lama Zayn dan Liam temannya
menyusul kami. Kami berkeliling sekitar lounge mencari tempat sepi karena
khawatir dilihat fans.
Zayn bertanya banyak hal. Aku hanya
menjawab pendek. Aku banyak tidak ingat hal tentang Zayn. Yang ku ingat ia
pernah membintangi film yang ditulis ummiku. Ia pernah mampir ke rumah kami di
Dubai ketika aku masih berusia 8 tahun an. Dan film yang dibintanginya berkisah
tentang dia dan aku. Hadeh, ummi memang berimajinasi tinggi. Film itu di buat
untuk konsumen Indonesia. Aku tidak ingat siapa pemeran wanitanya. Aku hanya
ingat aktris itu sebenarnya tidak berjilbab jika tidak bermain film.
Aku hanya mendengarkan
mereka mengobrol dan tertawa. Aku sendiri sibuk dengan kameraku. Aku suka
hunting foto. Uncle Saad sesekali mengobrol dengan pengawal Zayn dkk. Aku malah
celingak-celinguk. Iseng ah, akhirnya aku memisahkan diri. Aku menyusuri lorong
disamping eskalator khusus tas. Menuju arah bagian imigrasi kemudian berbelok
ke menuju eskalator penumpang menuju lantai dibawahnya.
Aku menyusuri pinggiran
dekat kaca. Memandang keluar. Orang-orang berlalu lalang. Mengambil angle dan
membidik ke sana-kemari. Mengepaskan lensa dan men zoom pesawat-pesawat jauh di
depan sana. Melangkahkan kakiku menuju bagian bawah. Melewati eskalator. Dan
mengayun langkah asal saja. Sampai aku menyadari lorong ini sepi. Hm, aku
dimana. Dan sialnya di belakangku dua pemuda bertampang hispanik mengekoriku.
Dan mereka menyadari kalau diriku mulai curiga. Mereka berjalan semakin cepat.
Dan aku semakin mempercepat langkahku. Ya Allah lorong ini kapan berakhir. Aku
menambah kecepatan dan mulai berlari kecil. Dan mereka mengejarku. Aku memang
jago lari tetapi jika dalam keadaan panik dan dikejar oleh laki-laki dewasa
entahlah. Akhirnya aku berbelok dan naik ke eskalator. Dua pemuda itu juga tetap
mengejarku. Aku melompati tangga eskaltor dengan cepat. Dan. Naik lagi ke
eskaltor berikutnya. Dan bergabung bersama kerumunan orang. Sampai diatas aku
bingung ini lantai berapa. Aku menepi dan mencoba bersembunyi di balik tembok dengan
nafas hampir putus
" Kau disini?"
" Aaaa" aku menjerit hampir
mati.
" Kau kenapa?" Zayn
bertanya. Ia memegang bahuku dan aku reflek menghindar. Semua orang yang ada
disitu menoleh ke arah kami dan curiga kepada Zayn. Zayn jadi salah tingkah.
" Ups maaf. Kupikir kau siapa”
aku berucap kesal
Dua pemuda yang tadi
mengikuti akhirnya berbalik arah. Dan aku merapatkan tubuhku ke arah Zayn.
Meskipun tidak bersentuhan tapi aku dan Zayn sama kagetnya dengan refleksku.
Aku kemudian menunjuk ke arah dua pemuda yang menjauh tersebut dan Zayn
mengerti.
" Ayo balik, semua orang
mencarimu" ujarnya gusar. Aku menekuk bibir. Antara kesal dan merasa
bersalah. Kami berjalan beriringan dia di depan aku di belakang. Kemudian dia
berhenti.
" Ayo jalanlah disampingku.
Nanti kita terpisah lagi. Kau takut padaku?" Tanyanya sambil memicingkan matanya.
Dan aku refleks menggeleng.
" Kalau begitu ayo sini" ia
menggerakkan dagunya memintaku berjalan di sampingnya. Aku maju dan berjalan
bersisian. Ia menoleh dan tersenyum padaku. Aku diam dan menunduk lagi.
Sampai di lounge kulihat
daddy dengan wajah lega melihatku. Ummi langsung menhampiriku. Bikin malu saja
membuat semua orang panik. Teman-teman Zayn senyam senyum. Zayn tersenyum ke
arah daddy dan mereka berbicara entah apa yg dibicarakan. Dan ummi langsung
menyodoriku susu coklat. Ya ampun rasanya seperti menjadi anak-anaklagi.
Zayn
Gadis itu menjerit dan
aku terkejut atas refleknya. Dia polos dan masih muda. Dia ketakutan. Aku
berniat mengejar dua pemuda dan menghajarnya tapi melihat Queeni yang mengkerut
disampingku akhirnya ku batalkan.
Aku suka melihat caranya
memandangku. Tidak pernah ke arah mata. Kalau tidak ketelinga ya kearah daguku.
Dia cantik dan manis. Ya ampun Zayn dia masih 17 tahun. Berbeda 13 tahun denganku.
Dan ia putri keluarga Wheeler. Ia terlihat lugu. Giginya saja masih dikawat.
Tingginya saja masih di bawah bahuku. Jilbabnya lebar sampai menutupi dada dan
terulur melebihi pahanya.
Dan aku kaget ketika mereka pamit
hendak berangkat. Ia menoleh ke arahku dan mengucapkan
" Zayn, terimakasih sudah
menolongku tadi" ucapnya pelan sambil berlalu. Ia kemudian mengekori ayah
dan ibunya dan diikuti pengawal keluarganya
" Wah Zayn, jangan bilang kau
naksir anak abege" ucap Harry sambil tertawa
" Nanti kau dipanggilnya dengan
paman Zayn lagi" dan meledaklah tawa teman-temanku. Aku hanya tersenyum
masam.
Tetapi sampai akhirnya
kami naik ke pesawat aku selalu memikirkannya. Dan aku tersenyum ketika melihat
layar iphone ku. Aku tadi mengambil gambarnya. Ketika itu ia menoleh ke arahku.
Matanya bulat dan indah. Hm, entahlah kapan lagi kami akan bertemu.
bhabhayyy Zayn....
bhabhayyy Zayn....
duuuh fansnya beneer :)
BalasHapusya ampun sampai lupa pernah nulis ginian (giniaan??) hahahaha
Hapus