Kenangan akan air sungai sebening kaca
dan
hutan lembab gelap gulita
Jika
ada tempat yang selalu terkenang dia adalah kampung halaman. Tempat di lahirkan
dan tempat menjalani masa kecil yang penuh kenangan. Saya lahir di Kalimantan
Tengah lebih tepatnya di pedalaman Kalimantan Tengah sana. Di sebuah desa
terpencil di Katingan di sebuah desa yang di sebut Tumbang Manggo. Saya menjalani
masa SD sampai SMP di sana.
Dulu
ketika saya masih SD listrik belum masuk ke desa ini. Di penghujung masa SD
saya baru kami merasakan nikmatnya listrik dan itupun mulai jam 6 sore sampai
jam 9 malam…huhuhuhu bisa apa coba kalo sekarang. Tapi masa itu sangat indah. Jika
dulu waktu saya sangat ingin menjadi besar dan meninggalkan kampong di
pedalaman itu sekarang saya menyesal dengan impian itu hahahaha….tempat itu sangat
indah. Air mengalir jernih di sebuah sungai besar.
Bahkan
permainan paling menyenangkan adalah balapan renang menyebrang sungai. Jangan bayangkan
sungai-sungai di Kalimantan itu seperti di Jawa ya. Sungai di sana lebar dan
berarus deras. Bahkan di hlunya berisi riam-riam berbahaya dengan batu sebesar
gajah dan arus berputar yang mematikan. Airnya jernih bahkan di sungai-sungai
kecilnya air berwarna merah yang berasal dari akar-akar hutan tropis yang tak
terjamah. Jika bangun disubuh buta yang terdengar adalah suara lutung dan
burung enggang yang bersahut-sahutan.
Tak perlu
takut kelaparan tinggal di hutan. Buah-buah pohon hutan akan membuatmu kenyang.
Bahkan udang sungai sebesar tangan orang dewasa dengan mudahnya kau tangkap. Ikan-ikan
sebesar ikan arwana berkeliaran di sungai. Bahkan dulu jika menyelam di sungai
saya tidak pernah memakai kacamata (belum kenal kacamata renang). Air jernih
membuat mata kita mudah melihat isi sungai. Ikan warna-warni berenang jinak di
sekitarmu. Bahkan batu-batu alam beraneka warna bertaburan di dasar sungai. Saya
sampai terperangah ketika di Jogja ternyata batu-batu alam itu di jual perbutir
dengan harga yang lumayan menguras kantong.
Saya
masih sempat mengalami ketika masa kecil itu di sore hari pinggiran sungai
dipenuhi oleh hewan-hewan hutan yang mengambil minum. Kayak film-film tentang
Afrika gitu.
from my beloved friend |
dulu gedung SMP ini dikelilingi oleh hutan dan sekarang tersisa tanah gersang
Bahkan
saya ingat banget saking terisolasinya kampung saya dari ibukota provinsi
Kalimantan Tengah yakni Palangkaraya masa itu. Jika hendak ke ibukota saya
berangkat pagi baru sampai maghrib…halagh jogja-Singapore aja ga segitu lamanya….hahahahahaha
Tapi
masa itu benar-benar tak tergantikan. Jika malam menjelang suara garempung dan
anjing hutan bersahut-sahutan. Itu belum ditambah dengan suasana mistik
masyarakat Dayak yang kental. Jadi yang ada adalah kami bertumpukan di kasur
dan mendengarkan cerita dari mamak tentang Palui dan pahlawan masyarakat Dayak.
Mendiang Cilik Riwut.
Dan sekarang
jika bicara tentang kampung halaman yang adalah kesedihan yang tak berujung. Jutaan
hektar hutan tropis itu telah berganti dengan kemilaunya kebun sawit. Tak ada
lagi hutan-hutan gelap dan lembab. Tak ada lagi pohon-pohon ratusan tahun
dengan diameter 10 pelukan orang dewasa. Yang tersisa adalah pohon-pohon sawit
berbaris teratur. Hilang sudah sungai dengan air jernih dan udang sebesar
tangan orang dewasa. Berganti dengan air butek keruh kecoklatan dengan kadar
mercuri tinggi karena tambang emas di hulu sungai. Hilang sudah gadis-gadis
Dayak bertudung rotan dengan gelang akar hutan. Gadis-gadis berkulit putih
dengan rambut hitam legam itu sudah tergantikan gadis-gadis berambut aneka
warna dan lipstick merah menyala dengan gadget di tangan.
Kemajuan
suatu negeri ternyata menyisakan sesak buat yang pernah melewati masa indah
ketika dianggap kampungan. Sekarang saya menyadari menjadi kampungan itu
menyenangkan. Menjadi orang desa nan lugu itu nyaman dan menenangkan.
Entahlah?.....saat
ini saya tak pernah lagi berharap untuk menghabiskan masa tua dikampung
halaman. Biarlah itu menjadi kenangan sepanjang hidup saya. Kenangan akan hutan
lembab, embun pekat dan air sungai sebening kaca.
tulisan ini saya ikutsertakan dalam GA seorang emak petualangan Mak NurulNoe bertema “A Place to Remember Giveaway”
pasti desa yang indah ya mak dan masa kecil yang menyenangkan hidup di sana
BalasHapusSedang membayangkan 10 pelukan orang dewasa. :D
BalasHapusGede bangett pohonnya ya, Mba. Berarti udah lihai bgtt renangnya ya, Mba.
asyik juga ya jaman itu main di sungai, akubelum pernah main2 di sungai mak
BalasHapusmak irul maukah terima liebster award dariku? http://supertayo.blogspot.com/2014/05/liebster-award-dariku-untukmu.html
BalasHapusjustru karena gak ada listrik, anak2 jadi bermain dan beraktivitas di luar, ya :)
BalasHapusEnak ya main di hutan, kalo di jogja paling hutannya di kaliurang dekat merapi...
BalasHapusNasib pribumi yang selalu kalah oleh kepentingan kapitalis :( jadi nyesek ya Mak Irul.
BalasHapusTerima kasih telah berpartisipasi dalam GA ini. Good luck.
Hmm saya jadi membayangkan berada dalam tempat seperti itu...rasanya mengingatkan saya pada kenangan masa silam ketika saya masih kecil
BalasHapusBagaimana nasib hutan 5 tahun ke depan ya kalau sekarang saja sudah seperti itu?. Pengalaman yang indah waktu kecil ya mak ;)
BalasHapusAaak.. ajakin aku kesana maakk, pingin ke Kalimantaaaannn
BalasHapusselamat ya mbak sudah menang, sukses teruss :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus