Emak School
for
Indonesia Move On
Sebagai emak dari kampung rasanya kata pemberdayaan
masyarakat itu adalah kosakata dari planet Alien sana. Jauh dan tak terjangkau,
hehehe. Ia serupa dengan makanan aneh yang saat ini menjamur di mal-mal. Mahal
dan rasanya aneh (jangan protes, namanya juga emak kampung, jadi lidahnya cuman
cocok dengan sayur asem dan sambal terasi).
Saya tinggal di kampung dengan pemukiman yang
beragam. Di dusun Besalen, Ngipik, Baturetno, Banguntapan, Bantul Yogyakarta. Tetangga saya mulai dari pejabat dari kejaksaan, pedagang, petani
gurem alias buruh tani, tukang cuci dan pengangguran. Saya khawatir jika saya
membawa-bawa kata smart dalam lingkungan saya bisa-bisa saya di kira tukang sales
panci yang biasanya ngider di kampung kami. Biasanya tukang panci ini merayu bu
RT kami dan meminta sang ibu yang berkuasa di kampung kami ini agar
mengumpulkan para ibu untuk mendengarkan penjelasan dan demo tentang betapa
panci-panci di rumah kita hari ini sangat tidak sehat. Tidak memenuhi standart
kesehatan dan sebaiknya diganti dengan panci baru yang harganya setara dengan
harga kambing atau anak sapi. Gila. Ckckck. Tapi karena di kampung ya ternyata
edisi arisan panci ini ya laku juga. Hehehe.
Saya sendiri sebagai ibu rumah tangga yang
biasa-biasa saja merasa hal itu lumrah saja. Apa iya arisan panci saja ya
dilarang?. Tetapi mamak saya yang lebih kampung dan ndeso dibandingkan saya malah nyinyir. Menuding-nuding saya dengan
telunjuknya. Masak kamu sarjana tapi cuman plonga-plongo
di kibulin sales panci. Seharusnya kamu dengan gelar sarjana itu bisa lebih
baik lagi ceramah di depan para ibu dan mengajak mereka lebih daripada hanya
sekedar arisan panci. Ini kata mamak saya lho.
saya dan anak-anak |
Jujur saya sendiri sibuk mengurus keluarga. Anak saya lima dan kami pelaku Homeschooling alias bersekolah dirumah. Rasanya bisa habis energi jika harus sibuk mengurus orang lain. Tapi apa iya saya tidak bisa melakukan apapun untuk #IndonesiaMoveOn. Paling tidak ketika saya tidak bisa membantu dengan dana saya bisa berbagi dengan pikiran dan sedikit tenaga.
si emak yang kemana-mana selalu menggendong baby |
Saya jadi mikir juga. Dahi dikerut-kerutkan.
Tanda berpikir sedikit keras (ssssttt, padahal itu memang faktor umur, alias
sudah tua). Sering saya melihat para ibu-ibu di kiri kanan ini punya banyak
waktu untuk mengobrol tentang banyak hal. Mirisnya mengaku sering ga punya
waktu untuk membuat sekedar camilan sehat untuk anak-anak dan memilih
menjejalkan anak-anak dengan jajanan tidak sehat ala warung. Bahkan sering saya
melihat para ibu ini membelikan para suami mereka sebungkus rokok tetapi
mengaku tidak mampu membeli se-sachet susu. Miris binti menyedihkan….oh
Indonesia. Kalau saya berkoar-koar ini semua salah pemerintah dan pejabat yang
ga mau peduli sama rakyat kecil koq rasanya saya ga jauh beda dengan para
pejabat itu yaaaa. Jika ingin #IndonesiaMoveOn ya saya duluan yang harus MOVE
ON, cling, itu dia kata kuncinya.
kelas EMAK SCHOOL kami |
Setelah putar otak, putar badan, putar mata, akhirnya dengan memanfaatkan posyandu yang tertib muncul
sebulan sekali. Dan dipastikan para ibu – ibu ini hadir karena ada pembagian
makan gratis. Setelah bekerjasama dengan dukuh kami yang seorang perempuan, saya bergerak.Maka di mulailah kelas parenting kami. Jangan bayangkan kelas ini
ala parenting class mahal yang biasanya di adakan di hotel-hotel dengan sponsor
wah dan gudibek seabrek ya. Kelas kami ini hanya sebuah pojokan TK PKK di kampung
kami. Beralas sebuah tikar butut dan kertas fotokopian sebagai makalah. Wah berasa smart sudah judulnya. Dan kami menamakan kelas kami dengan Emak School.
Kelas ini berisi para ibu-ibu di kampung saya.
Jadi setiap sebulan sekali duduklah saya dengan manis membawakan materi tentang
pendidikan anak, hidup sehat, pelatihan wirausaha kecil-kecilan dan banyak hal diselingi dengan
cekikikan para ibu tetangga yang ramai menimpali obrolan kami. Awalnya sih
pesimis para ibu ini peduli tetapi setiap bulan kelas kami selalu ramai dan
ditunggu-tunggu.
Melihat betapa para ibu ini bersemangat
meluangkan waktu untuk belajar saya jadi merasa bahwa sebenarnya mereka adalah
ibu-ibu yang smart. Gimana ga smart coba, dengan segala keterbatasan mereka mau
belajar banyak hal, kalau bukan SMART apa namanya?.
Saat ini bahkan dengan usulan salah satu ibu
kami membuat stiker “ Dilarang merokok didalam rumah. Di rumah ini ada ibu
hamil, bayi, balita dan lansia”. Sebagai sentilan kepada para bapak yang bal-bul
setia dengan rokoknya membuang asap di dalam rumah.
Harapannya semoga kelas Emak School ini bisa
terus berjalan dan berkembang. Sehingga lebih banyak perempuan tercerahkan. Dan
lebih banyak keluarga yang mendapatkan manfaatnya. Aamiin. Dan senangnya saat ini banyak teman terutama dari kalangan perempuan juga yang bersedia membantu menjadi relawan.
Dan semoga saja apa yang saya lakukan dengan
Emak School ini bisalah di sebut dengan pemberdayan masyarakat seperti yang
sukses di galangkan oleh teman-teman dari #DompetDhuafa. Seperti visi
#DompetDhuafa yang tercantum di websitenya www.dompetdhuafa.org
“Terwujudnya masyarakat berdaya yang bertumpu pada sumber daya
lokal melalui sistem yang berkeadilan”
Dan harapannya dengan masyarakat yang berdaya mengantarkan
kita menjadi pribadi #IndonesiaMoveOn.
Waa keren sekali mak Iruul ^^. Bangga bgt deh kenal sama dirimu. Semoga tambah banyak kluarga dan perempuan yg mendapatkan manfaat. Aamiin
BalasHapusaamiin...semoga ya mak Mia
Hapussalut buat mak irul......
BalasHapusterimakasih mak enci
Hapuspaket lengkap ya mak irul, kemana-mana bawa anak. apalagi kalau masyi menyusui ya rasanya tenang kalau anak dibawa
BalasHapusbener mak lid...kemana2 klo ga bw anak itu rasanya ga tenang :)
HapusSalut dengan apa yang telah Mak Irul rintis dan lakukan selama ini.
BalasHapusSemoga Emak School dapat membantu wanita2 di lingkungan Mak Irul lebih berdaya dan lebih siap untuk membimbing generasi penerus bangsa dengan lebih baik.
Sukses utkmu Mak.
aamiin..sukses untuk dirimu juga ya mak reni
HapusSetuju mak, perubahan besar dan lebih baik bisa dimulai dari hal kecil yakni dari kita sendiri. Sukses untuk kontesnya :)
BalasHapussalut mak
BalasHapusbarakallah schoolnya bu irul ( sebutannya khas nih ga pake mak). Ditunggu silabus dan kurikulumnya ilmunya ya...:)
BalasHapusselamat mak mjd salah satu pemenang, artikelnya bagus sekali :)
BalasHapusWow! Sangat inspiratif :)
BalasHapus