Apakah Bersekolah di Rumah / Homeschooling itu Mahal?
Banyak orang mengira-ngira seberapa besar
biaya pendidikan anak-anak yang kami keluarkan. Sebagai keluarga pelaku sekolah
rumah ada yang mengira kami memilih HS karena murah alias tak berbayar
#garuk2tembok. Ada juga yang mengira HS itu mahal karena banyak yang membandingkannya
dengan lembaga HS yang sekarang menjamur.
Sebagai
seorang Muslim saya dan suami sepakat bahwa menuntut ilmu itu perlu dana. Imam Syafi’i rahimahullah berkata:
menuntut ilmu itu membutuhkan tiga hal: membutuhkan [1] biaya/materi, [2]
mendapat bimbingan guru (ustadz), dan [3] membutuhkan waktu yang panjang. (Diwan Asy-Syafi’i).
Tidak ada ilmu
itu yang gratis. Paling tidak kita butuh dana minimal untuk belajar. Lalu seberapa
besar anggaran keluarga kami dalam pendidikan anak-anak. Meskipun saya sepakat
bahwa ilmu itu tidak gratis bukan berarti harga pendidikan setinggi langit menjadi
lumrah buat kami. Kami berusaha untuk seimbang dalam pendidikan anak-anak.
Biaya paling
tinggi tentu saja untuk buku dan sumber-sumber ilmu semacam majalah, Koran dan
cd-cd yang memang susah untuk di ungguh di internet. Setiap awal tahun pelajaran
kami sudah mempersiapkan diri untuk membeli buku-buku penunjang untuk
anak-anak. Biasanya saya sudah menyusun kurikulum sederhana untuk masing-masing
anak. Jadi bisa dibilang sejak dulu ketika memulai HS kami sudah menggunakan
kurikulum 2013 (hatsiiim ) ^_^.
si sulung mengikuti workshop pembuatan film anak di Perpus Kota Yogyakarta dan kemudian terpilih menjadi kameramen terbaik pada event itu |
Berdasarkan itu
baru kami membuat daftar buku yang kami butuhkan. Dana yang lumayan besar juga
untuk percobaan-percobaan sains dan keterampilan. Biaya traveling untuk
mengunjungi tempat-tempat yang sekiranya berkaitan dengan pembelajaran. Biaya untuk
pelatihan-pelatihan untuk anak semisal workshop pembuatan film, outbond, les
robot, dsb. Saya beruntung tinggal di Yogyakarta. Yang notabene banyak event
berlangsung selain bagus dan berkualitas seringnya sangat terjangkau bahkan
free. Itulah kenapa saya dan suami selalu jeli melihat brosur-brosur yang
menempel di tempat-tempat publik semacam perpus kota, masjid-masjid bahkan
sekolah-sekolah yang biasanya menempelkan papan pengumuman suatu event.
Karena sekarang
si sulung persiapan untuk ikut ujian kesetaraan jadi kami mempersiapkannya
dengan les privat untuk mata pelajaran yang diujikan. Kebetulan kami
bekerjasama dengan seorang teman yang baru saja lulus dari pendidikan luar
sekolah Universitas Negeri Yogyakarta ( UNY). Itu sangat menguntungkan untuk
kami. Jadi si guru ini lumayan pahamlah bagaimana mengajari anak-anak yang
bersekolah rumah.
Jadi bisa
dibilang biaya pendidikan sekolah rumah kami seperti keluarga lain yang
menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah formal. Jadi tidak ada yang gratis. Hanya
saja memang biaya itu menjadi mutlak milik kami dan bisa di wariskan ke
adik-adiknya terutama buku-buku dan cd-cd keilmuan. Kami rutin membeli beberapa
majalah anak setiap minggu dan bulan dan juga komik. Bisa di bilang anak-anak saya gagal move on
dari komik Conan dan Kungfu Boy (halagh). Sayangnya anak-anak saya bukan
pecinta novel semacam KKPK begitu. Kata si sulung itu bacaan anak perempuan
#tsaaahhh. Bahkan di rumah kami bertebaran hasil karya anak-anak. Mulai dari
kerajinan dari flannel, robot-robot aneh beraneka bentuk, percobaan-percobaan
sains yang kadang gagal, sampai sayuran organic yang di tanam si sulung di
depan rumah.
Yang pasti
dalam seminggu anak-anak pasti ada hari crafting alias hari karya cipta. Dimana
mereka bebas membuat suatu karya apa saja.
Jadi bisa
dibilang salah besar jika ada yang bilang kami memilih HS karena minim biaya. Bahkan
bila di hitung-hitung biaya pendidikan kami jatuhnya lebih besar di banding
anak-anak yang bersekolah di sekolah negeri. Tapi saya dan suami tidak pernah
merasa rugi untuk dana yang kami keluarkan dalam menuntut ilmu. Tetapi bukan
berarti biaya HS juga mahal seperti lembaga-lembaga HS yang hari ini
bermunculan.
Oia, sebaiknya
anak-anak di daftarkan menjadi member di perpus-perpus umum milik daerah. Di Yogyakarta
sendiri perpus milik daerah memiliki koleksi buku yang sangat memadai dan juga
setiap masa liburan selalu mengadakan event-event bagus yang kadang berbayar
maupun gratis. Kami juga berusaha untuk memfasilitasi minat dan bakat anak-anak. Misal si sulung yang sangat visual dan pecinta fotografi. adiknya yang memilih menghafal Qur'an di sebuah rumah Tahfidz dan adiknya yang perempuan yang sangat menyukai film animasi.
Mudah-mudahan
penjelasan saya ini bisa memberi pencerahan bagi keluarga yang berminat untuk
menjalani sekolah rumah.
Aku termasuk yg menganggap HS lebih murah sptnya. Tetnyata aku salah ya mak. Sama aja ternyata
BalasHapusya relatif murah sih mak Ade. karena biaya gedung dan seragam tidak di hitung hehehe
HapusMarked Mak. Buat persiapan Faris nanti..tx 4 sharing Mak Irul..
BalasHapussiip :)
HapusPercaya banget memang biayanya bisa menjadi lebih mahal atau murah karena jadinya lebih fokus ke minat anak ya mak. Setau aku kalau sudah fokus misal fotografi, biayanya akan menjadi lebih mahal CMIIW
BalasHapusklo sudah fokus jatuhnya mahal banget malah mak Shinta. klo sementara ini si abang masih pake kamera poet biasa. dan tidak boleh pakai gadget yg smartphone. hanya sekedar untuk telpon dan sms. :)
Hapusnggak ada yang gratis ya mak,saya dulu juga sempat berfikir kalo HS itu lebih murah ternyata sama aja ya mak hehe..makasih infonya :D
BalasHapusiya mak hana. tetap saja ada biaya yg dikeluarkan :)
HapusSaya jadi tau, ternyata HS bisa saja biayanya lebih tinggi he..he...tapi yang jelas interaksi dengan orang tua lebih dekat ya...makasih sharingnya.. :) Bermanfaat sekali
BalasHapussaya punya kenalan kelg HS juga. yang memanggil 6 guru privat ke rumahnya. bisa dibayangkan brp dana yg dikeluarkan u itu. :)
Hapushahaha iya memang, ga ad yg gratissss ... Buat aq yg tinggal di jkt sukadilema mau ajak jalan2, mau hari kerja tp museum byk tletak di daerah bisnis-muaceeeeet. Pake taksi mahal pake angkot ga nyaman bawa dua anak. Kalau wiken, OMG penuuuh. Aku tmasuk rada gagal niy jd ortu homeschooler dlm rangka pending TK. Komitmen kudu kuat, dah siapin aktivitas eh kena hamil muda. Jd pelajaran kepribadian aja deh si kakak =D Smg bisa lebih baik lg hehehe
BalasHapusbiaya jalan2 ini memang jatuhnya tinggi ya, hehehe :)
HapusWaaah jadi tau lebih banyak tentang homeschooler.Tapi kalau homescholinh gitu gimana ya interaksinya dengan teman.-teman?
BalasHapusKomunikasinya ya biasa sj mak. Krn kebetulan ank2 pny bnyk tmn dilingkungan rmh dan jg krn sering ikut bnyk kegtn di luar tmnnya jg jd bnyk :)
HapusNgekek pas sampai "hatsim" tadi heheheee.... Tapi aku heran, homeschooling kok ada lembaganya ya? Homeschooling ya di rumah, kalau di lembaga bukankah jadinya kursus atau les?
BalasHapustfs ya maaak...bisa dipraktekkan utk anak-anakku metodenya..
BalasHapussemakin minat sm HS nii ustdzh ^_^
BalasHapusFollow kami yuk Moms, banyak informasi menarik seputar kehamilan, breastfeeding tips dan parenting >> http://id.mamitalk.com ; Facebook: MamiTalk
BalasHapussebenernya pgn nyekolahin anak sistem HS gini..tapi papinya ga setuju mentah2 -_-.. aku nya sih lbh ke arah kuatir melihat anak2 skr baik yg swasta ato negri sekolahnya, tingkahnya udh mulai ga masuk akal -__-. yg anak SD udh tau pacaran lah.. anak smu saling bunuh cuma krn pacar lah.. sereeem... tapi susah juga kalo suami ga setuju HS gini -_-
BalasHapus